— Kamu dan Aku

nacyn
2 min readMay 21, 2023

Aku menyenderkan kepalaku pada dada bidang Mas Sae. Kami baru saja pulang dari sebuah restoran jepang yang sedang booming — untuk makan malam bersama.

Kepalaku terasa hangat kala mendapat elusan lembut dari sang suami. Ah, aku harap waktu berhenti sekarang juga. Karena, aku ingin kamu yang seperti ini.

“Mas,”

“Ya, istriku?”

“Apa yang kamu harap dari perjodohan?” tanyaku langsung tanpa aba-aba. Aku ingin mendengar respon dari bibirnya sendiri.

Benar, aku dan Mas Sae dijodohkan oleh orang tua dari masing-masing pihak. Kami melaksanakan pernikahan ini tentu didasari cinta setelah selama beberapa bulan masa pendekatan. Ya, tentu saja cintanya tak sebesar yang dipikirkan.

“Awalnya aku nggak berharap apa-apa. Tapi, pas tahu itu kamu, aku berharap menjadi takdir selamanya, sayang. Harapan buat hidup bahagia bersama dua anak nantinya.” jawab suamiku sembari mengelus rambutku. Terkadang mengecupnya beberapa kali.

“Aku juga berharap kamu menjadi takdirku selamanya, tanpa ada cerai. Aku ingin kamu jadi orang pertama sekaligus terakhir yang aku cintai, mas.” balasku sedikit sendu. Sepertinya aku mulai terbawa suasana.

Usia pernikahan kami belum genap dua tahun, masih satu tahun lebih beberapa bulan. Mas Sae kerap mengajakku bercinta. Namun, keadaan sekarang membuatku berpikir lagi untuk menunda memiliki anak.

Aku tak mau, anakku nanti menjadi korban. Setidaknya, aku ingin memperbaiki hubungan kami menjadi lebih harmonis sebelum memiliki si buah hati.

“Kapan bikin dedek?” tanyanya diakhiri cengiran.

Aku duduk tegap, menatap manik indahnya yang membuat siapa saja jatuh cinta. “Aku mau hubungan kita jauh lebih baik sebelum punya dedek. Kamu berubah, Yua bukan tanggung jawab kamu lagi, baru bisa punya dedek.”

“Kalau sekarang, maaf, aku nggak bisa, mas.” lanjutku dan mengelus pipi suamiku. Tuhan, mengapa Engkau menciptakan pria seindah ini untukku?

Jika memang takdir untukku, bimbinglah menuju takdir yang semestinya. Aku dan kamu menjadi takdir.

“Aku paham perasaan kamu,” sekilas namun pasti, Mas Sae mengecup bibirku. “Kita jalani ini bersama ya? Aku berubah dan kamu bantu aku menemukan siapa pelaku yang menghamili Yua.”

“Dengan begitu, aku dan kamu bisa menjadi takdir selamanya dengan buah hati kita.”

Lalu, kedua bibir kami menyatu. Saling menyalurkan cinta dan kasih sayang seolah memberi energi pada masing-masing raga.

Sae Itoshi, aku mencintai segala yang ada padamu. Aku berharap kamu berubah, dan mau melihatku sebagai istrimu.

--

--

No responses yet